Tarumanagara Enterprise menggelar lokakarya Business Model Canvas (BMC) dalam rangkaian Jakarta Immersion Programme 2025 bekerja sama dengan Program Studi (Prodi) S1 Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) Universitas Tarumanagara (Untar). Kegiatan ini bagian dari semangat internasionalisasi yang terus dibangun di lingkungan FEB Untar.
Acara lokakarya ini mempertemukan mahasiswa Program Studi S1 Manajemen FEB Untar dengan mahasiswa Manajemen Bisnis Nanyang Polytechnic (NYP) Singapura.
Lokakarya berlangsung pada Kamis, 25 September 2025 di Ruang Seminar, Lantai 3, Gedung A – Kampus 2 Untar. Acara dipandu oleh dosen FEB Untar Joyce Turangan, S.E., M.Pd. dan Dr. Lydiawati Soelaiman, S.T., M.M., serta menghadirkan Mohammad Agung Saryatmo, S.T., M.T., M.M., Ph.D sebagai komentator.
Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan BMC sebagai alat praktis untuk merancang model bisnis inovatif berdasarkan pengalaman lapangan mahasiswa selama kegiatan immersion di Jakarta pada 22-24 September 2025.
Lokakarya dibuka dengan sesi ice breaking dan brainstorming yang mendorong peserta menggali peluang bisnis selama di Jakarta. Setelah itu, mahasiswa mendapatkan penjelasan singkat mengenai sembilan komponen utama BMC untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan sebelum menyusun rancangan model bisnis.
Selanjutnya, mahasiswa kemudian berdiskusi dan menyusun sembilan komponen BMC yang mencakup segmen pelanggan, proposisi nilai, saluran, hubungan pelanggan, arus kas, sumber daya utama, aktivitas utama, kemitraan utama dan struktur biaya. Hasil diskusi dipresentasikan di forum dan mendapatkan umpan balik dari fasilitator maupun rekan sejawat.
Beragam ide segar
Dari proses ini, muncul beragam ide bisnis kreatif. Ada kelompok yang menawarkan konsep minuman matcha dengan ciri khas Indonesia, sementara kelompok lain menghadirkan blind box berisi boneka berpakaian tradisional Indonesia.
Ada pula ide unik berupa vending machine khusus sunscreen yang dianggap relevan dengan kondisi cuaca panas di Jakarta. Ketiga gagasan ini menunjukkan bahwa pengamatan sederhana di lapangan dapat diolah menjadi konsep bisnis dengan nilai jual yang kuat.
Di penghujung kegiatan, para peserta berbagi kesan mereka. Peserta merasa lokakarya ini menarik karena memberikan pengalaman nyata dalam merancang model bisnis sekaligus memperkaya wawasan tentang potensi produk lokal Indonesia. Mereka juga menilai BMC sebagai alat yang sederhana namun efektif dan mudah diaplikasikan.
Lebih dari sekadar lokakarya, kegiatan ini mempersiapkan mahasiswa lintas budaya dan negara menghadapi tantangan dunia bisnis global dengan selalu berpikir kreatif dan inovatif. (Ls)