
Minuman dari daun kelor.
Oleh: Frangky Selamat
Dari 40 kelompok bisnis mahasiswa yang mengikuti acara Entrepreneur Week (EW) ke-21 pada 3-8 Juni 2025, lebih dari separuh yaitu 23 kelompok memilih bidang kuliner (F & B) sisanya, aksesoris 14 dan fashion 3 kelompok. Mahasiswa Program Studi Sarjana Manajemen punya keterampilan meramu makanan dan minuman? Adakah mata kuliah yang membuat mereka terampil mengasah kemampuan itu?
Seorang mahasiswa yang tergabung dalam kelompok bisnis minuman menuturkan bagaimana dia dan kelompoknya melakukan eksperimen formula minuman dari berbagai resep yang diperoleh di media sosial termasuk Youtube. Tidak ada yang mengajarkan, selain senang dan ada dukungan teman sekitar.
Dia menuturkan mengapa kelompoknya sepakat memilih jenis usaha ini, karena alasan praktis: relatif mudah untuk menjualnya, dan modal kerja yang relatif lebih rendah daripada jenis usaha lain.
Eksperimen pun tidak mudah dilakukan. Lebih dari lima kali percobaan dan tes rasa langsung ke calon konsumen. Berbagai respons yang tidak terduga kerap diperoleh. Bahkan termasuk ketika acara EW berlangsung. Berarti belum ditemukan kesesuaian problem dan solusi (problem-solution fit).
Atau jangan-jangan identifikasi problem konsumen yang tidak tepat atau tidak ada problem khusus yang perlu diberikan solusi. Pendampingan dari praktisi ahli dalam bidang kuliner tampaknya amat diperlukan, atau ada mata kuliah pilihan khusus tentang kuliner?
Sejatinya ajang EW bukan semata berpameran produk tetapi untuk menguji bahwa rancangan model bisnis yang telah “diciptakan” dapat dijalankan, sebagaimana diharapkan. Produk atau value proposition adalah bagian dari model bisnis. Hanya bagian kecil, seperti fenomena gunung es.
Proses selanjutnya mahasiswa harus mengevaluasi kembali. Apakah model bisnis perlu dimodifikasi, dirancang ulang atau diganti total. Jika ingin membangun bisnis yang berkelanjutan, tidak semata numpang lewat mengikuti tren apalagi mengikuti resep ATM (amati, tiru, modifikasi) seperti banyak diumbar sejumlah pihak, pembelajaran di kampus dengan perancangan dari nol, dari identifikasi problem hingga pengumpulan ide bisnis, adalah saat yang paling tepat.
Jangan menyerah dan terus mengeksplorasi beragam kemungkinan, seperti jiwa eksperimen para mahasiswa manajemen yang mencoba membuat resep makanan atau minuman yang mengikuti cita rasa pasar. Namun ide orisinal harus menjadi prioritas. Tidak sekadar menambah-nambahi fitur yang belum tentu berguna dan penting bagi konsumen.
Pembelajaran tidak berhenti hanya sampai di acara ini. Mengevaluasi, merefleksi diri, menyusun langkah selanjutnya, adalah bagian dari langkah yang patut dijalankan.
Selamat berjuang, jalan masih panjang, harapan cerah terbentang.